Selasa, 22 Desember 2015

Metode Efektif Penyelamatan Tanaman Cabe Polibeg Yang Sedang Kritis

Tuan dan nyonya pengunjung setia kami, di Negara kami Indonesia beberapa waktu belakangan ini dalam tahun 2015, mengalami bencana kabut asap dan musim kemarau berkepanjangan, selain dampak langsung terhadap kesehatan, bencana tersebut juga membuat aktifitas bercocok tanam menjadi terganggu, salah satunya kelompok tani Tedong Bongak di pedalaman Piniki Kabupaten Wajo. 

Sekitar 1000 batang cabe polybag kelompok tani tersebut mengalami apa yang disebut dengan istilah HSMTM (Hidup Segan Mati Tak Mau), bagaimana tidak air yang menjadi sumber kebutuhan utama bagi pertanaman cabe polybag tidak tercukupi, bisa dibayangkan usaha pertanaman cabe polybag mereka kali ini akan gagal total. 

Selama lebih kurang enam bulan masyarakat tani mengalami cobaan nan tak tertanggungkan tersebut, pada akhirnya bulan November 2015 hujan mulai turun membasahi tanah, halnya dengan pertanaman cabe polybag kelompok tani Tedong Bongak pun mulai menggeliat, meski pada akhirnya ada juga beberapa pokok tanaman cabe yang mati meragan, akibat perubahan cuaca yang cukup drastis ini, melihat pemandangan cabe polybag yang sedang berusaha mempertahankan hidup tersebut, salah seorang anggota kelompok berinisiatif untuk mengusahakannya agar tetap menghasilkan, maka tak ayal lagi penyelamatan harus dilakukan agar usaha selama tiga bulan yang dilakukan untuk penanaman tidak sia-sia begitu saja. 

Melalui artikel singkat ini kami coba merangkum, bagaimana usaha penyelamatan cabe yang tidak mungkin lagi berbuah itu, sekiranya tuan dan nyonya mengalami persolan yang sama pula seperti persoalan kelompok tani diatas, bolehlah menyimak bagaimana trik penyelamatan itu dilakukan. 

Trik penyelamatan cabe yang hampir tidak mungkin berbuah 

1. Curah hujan yang meningkat membuat tanah dalam polybag menjadi tergenang oleh air, hal ini salah satu penyebabnya tanaman cabe menjadi stres, oleh sebab itu hal pertama yang dilakukan adalah membuat lobang tempat keluarnya air pada bagian atas polybag tanaman cabe. 

2. Pindahkan polybag ke areal yang cukup mendapatkan sinar matahari, hal ini dimaksud pabila terdapat panas dalam waktu singkat, tanaman cabe polybag mencukupi kebutuhan cahaya untuk fotosintesisnya. 

3. Pangkas daun pada bagian pangkal batang, usahakan daun yang tertinggal tersebut hanya percabangan diatas saja, kemudian biarkan selama dua minggu, selama waktu tersebut tanaman cabe memiliki kekuatan yang cukup untuk memasak makanan untuk percabangan daun yang tidak terlalu banyak. 

4. Selama dua minggu tersebut tetap dilakukan pengamatan intensif bagaimana perkembangan cabe polybag, biasanya pada bagian pangkal batang yang daunnya sudah dipangkas tadi akan tumbuh kembali daun-daun baru, nah jika daun lama pada percabangan atas menunjukkan gejala keriting, maka jangan tunggu lama-lama segera pangkas bagian percabangan atas tersebut, dengan asumsi daun baru pada bagian pangkal batang telah muncul. 

5. Lakukan pemangkasan percabangan atas jika hal seperti point 4 terjadi pada seluruh tanaman cabe polybag. 

6. Sambil mengamati daun muda tumbuh mulai dari pangkal batang, sebaiknya dilakukan pemupukan dengan menambahkan pupuk organik dari kotoran ternak, ingat pupuk organic bukan pupuk kimia atau urea. 

Cara diatas dilakukan oleh kelompok tani Tedong Bongak, untuk menyelamatkan tanaman cabe polybag yang sudah hampir mati tersebut, pada beberapa daerah lainnya tim kami juga menemukan persoalan yang sama dengan kelompok tani Tedong Bongak, tepatnya di Kecamatan Timpeh Kabupaten Dharmasraya, salah seorang dari komunitas Tani Unggul Cabe juga mempraktekkan teori yang sama, hanya saja model penanaman cabe yang dilakukannya di areal perladangan, tidak di dalam polybag seperti kelompok tani Tedong Bongak, namun ada satu tambahan jika penyelamatan dilakukan pada cabe yang ditanam di areal perladangan, yakni dengan membuat bedengan yang teratur, hal ini berguna untuk menjaga kelembapan tanah pada areal pertanaman cabe. 

Demikian kiranya tuan dan nyonya rangkuman yang bisa kami tuliskan untuk menyelamatkan tanaman cabe yang sedang diambang kepunahan, semoga petani cabe Indonesia jaya selalu. 

Mari Merdeka !!

 Metode Efektif Penyelamatan Tanaman Cabe Polibeg Yang Sedang Kritis

Sabtu, 05 Desember 2015

Kenali Dinas Perlindungan Tanaman Pertama di Dunia

Dinas Perlindungan Tanaman Pertama di Dunia

Pada abad ke - 19 ketika ekonomi masyarakat di Eropa masih lemah, kegagalan pertanian hampir selalu berarti kelaparan dan kemelaratan, contoh klasik adalah timbulnya wabah penyakit busuk daun pada tanaman kentang di tahun 1845, seperti dikisahkan pada posting sebelumnya, banyak orang menganggap bahwa malapetaka penyakit hawar kentang inilah merupakan salah satu penyebab lahirnya Fitopathology, walaupun perhatian para cerdik pandai waktu itu belum banyak tercurahkan pada masalah penyakit tanaman.

Mulanya penyakit karat pada gandum yang disebabkan oleh "Puccinia striiformis", yang mendatangkan kelaparan di eropha pada abad kesembilanbelas, juga kurang mendapat perhatian para ahli selayaknya.

Pada penghujung abad kesembilanbelas, perhatian untuk meneliti kehilangan hasil pertanian baru tumbuh, terutama disebabkan oleh hancurnya perkebunan jeruk di California oleh serangga kepik yang diberi nama "Kepik san jose" (Qudraspidionis pernicious). Para ahli dan pejabat pemerintahan baru menyadari ancaman yang datang dari organisme ini yang dapat menyebar antar negara.

Apa yang kita ketahui sekarang mengenai penyakit dan perkiraan kehilangan hasil sebagai akibatnya, sebetulnya berasal dari jerman pada tahun 1880, ketika itu pemerintahan jerman diminta oleh perkumpulan petani untuk mengembangkan sistem registrasi untuk hama dan penyakit tanaman, pemerintah nampaknya tidak begitu merespon dengan baik, sehingga perkumpulan petani jerman merintis upaya tersebut pada tahun 1890, yang kemudian diambil alih juga oleh kementrian pertanian jerman pada tahun 1895.

Konsultasi internasional yang memecahkan masalah kehilangan hasil pertanian dimulai pada kongres internasional pertanian dan kehutanan di Wina pada tahun 1890, yang dirintis oleh J. Ricson seorang pakar Fitopathology dari Swedia.

Kongres pertanian internasional pada tahun 1903 di Roma, merupakan cikal bakal berdirinya organisasi FAO, survey statistik nasional dan internasional dibidang pertanian terus berkembang semenjak tahun 1924, atas dasar keputusan FAO untuk mengadakan konferensi fitopathology pada tahun tersebut. Dalam perkembangannya survey tentang fitopathology ini terhenti akibat perang dunia I, selang waktu inilah yang dinamakan era penjajakan, walaupun metode baku untuk mengukur besar penyakit dan kehilangan hasil belum ada, namun tuntutan penaksiran kehilangan hasil tanaman sudah mulai tumbuh.

Pemerintah Belanda yang khawatir akan datangnya kepik san jose yang sedang mewabah perkebunan jeruk California, menugaskan seorang pakar fitopathology terkemuka bernama J. Ritzema Bos, ke amerika untuk meneliti epidemi tersebut, sebagai hasil dari studi banding yang bersahaja tersebut, dia melaporkan kemungkinan kehilangan hasil yang potensial yang akan sangat merugikan di Belanda, sehingga dia merekomendasikannya untuk mendirikan dinas proteksi tanaman, guna mencegah kehilangan hasil yang disebabkan oleh hama impor tersebut. Inilah dinas perlindungan tanaman pertama di dunia yang didirikan pada tahun 1899.